Sabtu, 16 Agustus 2014

My-Diary #2



20 Juni 2009
Akhirnya aku lulus. Aku melihat dari kejauhan Alex sedang melihatku. Dia tersenyum, tapi ada yang aneh dari senyumnya. Senyuman maut yang selalu dia perlihatkan seakan berubah menjadi senyum ucapkan selamat tinggal. Aku berlari kearahnya, namun keramaian siswa yang sedang merayakan kelulusan menghalangi pandanganku. Sedikit kulihat Alex pergi belum sempat aku menghampiri Alex sudah tidak ada.


“Elis, ayo nanti kita terlambat”
“Iya sebentar, sedikit lagi selesai”
“Kamu masih menulis?”
“Kamu mau baca lagi?”
“Nanti saja di pesawat”
“Baiklah”


24 Juni 2014
Aku Elis, gadis yang dulu pernah mengagumi seorang pria tapi hanya bisa memendam perasaanku selama bertahun-tahun. Sayangnya, saat dia tahu semua tentang perasaanku dia mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar. Ya, pria itu adalah Alex yang saat ini ada di sampingku dan akan selalu ada di sampingku. Aku sendiri tidak percaya dia ada disisi ku saat ini. 5 tahun lalu tepatnya saat lulus SMP, tidak terdengar lagi kabar dari Alex. Kata Dion Alex pindah ke Paris dan melanjutkan SMA nya di sana. Tapi dia kembali lagi dan mengambil S1 di perguruan tinggi negeri sama sepertiku. Dia pernah bilang kalau jodoh pasti akan dipertemukan kembali. Dan benar, selama 4 semester kuliah di tempat dan fakultas yang sama, aku dan Alex semakin dekat dan menjalin hubungan istimewa. Sejak saat itu aku perbolehkan Alex membaca seluruh isi diary ku agar dia tahu perasaanku sejak awal. Dan saat ini kita akan ke Paris untuk liburan disana sekaligus mengunjungi keluarga Alex. Sepertinya dia menggunakan modus liburan padahal dia mencoba mengenalkan aku ke ayah dan ibunya. Dia masih sama seperti dulu. Susah untuk diterjemahkan.


“Hei, kenapa kamu menangis?” tanya Elis saat mereka sudah berada di pesawat.
“Aku terharu dengan tulisanmu ini” jawab Alex masih membaca Diary-nya. Alex meletakkan diary ke pangkuannya lalu menatap Elis sambil memegang tangannya, “Kamu tahu, dulu waktu SMP aku sering memperhatikanmu?” tanya Alex.
“Memperhatikanku? Kapan?” tanya Elis.
“Kapanpun. Termasuk saat aku duduk di sampingmu aku melihat raut wajah bahagia pada dirimu. Dan saat aku duduk disamping Nova yang aku lihat raut wajahmu ingin menerkam” Alex sedikit menggoda. Elis melepaskan pegangan Alex lalu melengos “Tapi, kenapa waktu itu kamu malah menolakku?”
“Aku akan pindah ke Paris. Aku takut kalau aku jujur juga tentang perasaanku saat itu kamu akan lebih menderita”
“Lalu, kenapa kamu kembali?” tanya Elis lagi.
“Aku kembali untukmu” Alex menarik tangan Elis. “Maaf aku telah membuatmu menunggu selama itu. Aku juga memikirkan perasaan Dion waktu itu. Dia sahabat baikku. Jujur aku senang saat duduk di sampingmu, aku senang saat adu mulut denganmu, aku senang saat tahu kalau kamu juga suka denganku. Dion juga tahu semuanya”
“Darimana kalian tahu?”
“Yah, siapa lagi kalau bukan dari kedua sahabat kamu” kali ini Alex yang melepaskan tangan Elis lalu menyilangkan tangannya ke dada dan bersender lalu memejamkan mata.
“Dasar, Sonya Tara” gerutu Elis.
“Tapi kalau bukan karena mereka, mungkin sampai saat ini aku masih belum tahu perasaanmu. Apa benar kamu putus dengan Dion karena suka denganku?” tanya Alex masih dengan mata tertutup.
“Kalau sudah tahu, kenapa harus tanya?” jawab Elis masih agak kesal.
“Baiklah, setelah sampai Paris aku mau langsung tidur saja. Lagian yang diajak jalan juga lagi sensitif”
“Eh, kenapa begitu. Kamu yang mengajakku berarti kamu harus membawaku jalan-jalan ke seluruh kota Paris. Harus!” desak Elis.
“Kamu benar-benar tidak berubah, masih saja sama dengan waktu SMP. Suka ngambek, tidak pernah mau mengalah, dan ... “ Alex tidak melanjutkan ucapannya.
“Dan masih sayang sama kamu” Elis bersandar di pundak Alex.

Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar