20 Juni 2009
Akhirnya aku lulus. Aku melihat dari kejauhan
Alex sedang melihatku. Dia tersenyum, tapi ada yang aneh dari senyumnya.
Senyuman maut yang selalu dia perlihatkan seakan berubah menjadi senyum ucapkan
selamat tinggal. Aku berlari kearahnya, namun keramaian siswa yang sedang
merayakan kelulusan menghalangi pandanganku. Sedikit kulihat Alex pergi belum
sempat aku menghampiri Alex sudah tidak ada.
“Elis, ayo nanti kita terlambat”
“Iya sebentar, sedikit lagi selesai”
“Kamu masih menulis?”
“Kamu mau baca lagi?”
“Nanti saja di pesawat”
24 Juni 2014
Aku Elis, gadis
yang dulu pernah mengagumi seorang pria tapi hanya bisa memendam perasaanku
selama bertahun-tahun. Sayangnya, saat dia tahu semua tentang perasaanku dia
mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar. Ya, pria itu adalah Alex yang saat
ini ada di sampingku dan akan selalu ada di sampingku. Aku sendiri tidak
percaya dia ada disisi ku saat ini. 5 tahun lalu tepatnya saat lulus SMP, tidak
terdengar lagi kabar dari Alex. Kata Dion Alex pindah ke Paris dan melanjutkan
SMA nya di sana. Tapi dia kembali lagi dan mengambil S1 di perguruan tinggi
negeri sama sepertiku. Dia pernah bilang kalau jodoh pasti akan dipertemukan
kembali. Dan benar, selama 4 semester kuliah di tempat dan fakultas yang sama,
aku dan Alex semakin dekat dan menjalin hubungan istimewa. Sejak saat itu aku
perbolehkan Alex membaca seluruh isi diary ku agar dia tahu perasaanku sejak
awal. Dan saat ini kita akan ke Paris untuk liburan disana sekaligus
mengunjungi keluarga Alex. Sepertinya dia menggunakan modus liburan padahal dia
mencoba mengenalkan aku ke ayah dan ibunya. Dia masih sama seperti dulu. Susah
untuk diterjemahkan.
“Hei, kenapa kamu menangis?” tanya
Elis saat mereka sudah berada di pesawat.
“Aku terharu dengan tulisanmu ini”
jawab Alex masih membaca Diary-nya. Alex meletakkan diary ke pangkuannya lalu
menatap Elis sambil memegang tangannya, “Kamu tahu, dulu waktu SMP aku sering
memperhatikanmu?” tanya Alex.
“Memperhatikanku? Kapan?” tanya Elis.
“Kapanpun. Termasuk saat aku duduk di
sampingmu aku melihat raut wajah bahagia pada dirimu. Dan saat aku duduk
disamping Nova yang aku lihat raut wajahmu ingin menerkam” Alex sedikit
menggoda. Elis melepaskan pegangan Alex lalu melengos “Tapi, kenapa waktu itu
kamu malah menolakku?”
“Aku akan pindah ke Paris. Aku takut
kalau aku jujur juga tentang perasaanku saat itu kamu akan lebih menderita”
“Lalu, kenapa kamu kembali?” tanya
Elis lagi.
“Aku kembali untukmu” Alex menarik
tangan Elis. “Maaf aku telah membuatmu menunggu selama itu. Aku juga memikirkan
perasaan Dion waktu itu. Dia sahabat baikku. Jujur aku senang saat duduk di
sampingmu, aku senang saat adu mulut denganmu, aku senang saat tahu kalau kamu
juga suka denganku. Dion juga tahu semuanya”
“Darimana kalian tahu?”
“Yah, siapa lagi kalau bukan dari kedua
sahabat kamu” kali ini Alex yang melepaskan tangan Elis lalu menyilangkan tangannya
ke dada dan bersender lalu memejamkan mata.
“Dasar, Sonya Tara” gerutu Elis.
“Tapi kalau bukan karena mereka,
mungkin sampai saat ini aku masih belum tahu perasaanmu. Apa benar kamu putus
dengan Dion karena suka denganku?” tanya Alex masih dengan mata tertutup.
“Kalau sudah tahu, kenapa harus
tanya?” jawab Elis masih agak kesal.
“Baiklah, setelah sampai Paris aku mau
langsung tidur saja. Lagian yang diajak jalan juga lagi sensitif”
“Eh, kenapa begitu. Kamu yang
mengajakku berarti kamu harus membawaku jalan-jalan ke seluruh kota Paris.
Harus!” desak Elis.
“Kamu benar-benar tidak berubah, masih
saja sama dengan waktu SMP. Suka ngambek, tidak pernah mau mengalah, dan ... “
Alex tidak melanjutkan ucapannya.
“Dan masih sayang sama kamu” Elis
bersandar di pundak Alex.
Selesai