Jumat, 04 Juli 2014

Bestfriend Forever #2


Semua sudah siap untuk berangkat camping termasuk Friska dkk. “Hay Vi, mau nggak duduk sebangku sama gue?” tanya Reno salah satu pengagum Viola. “Eit, jangan mau Vi. Mending duduk sama gue” tawar Rivan yang tiba-tiba datang. “Oh tidak bisa, Viola duduk sama gue” lagi-lagi datang Galih yang dengan pede mengajak Viola duduk sebangku. Mereka semua ribut sendiri sampai tidak sadar Viola sudah naik bus dari tadi.
Helena duduk dengan Citra, Friska dan Erwin duduk dengan gebetan masing-masing, kali ini gebetan Friska lain lagi yaitu Hera anak kelas XI IPA 1, cowok yang termasuk paling cerdas se-SMA, sedangkan Viola yang bingung mau duduk dengan siapa memilih untuk duduk sendiri dan jika ada cowok yang minta untuk duduk berdua Viola menolak mentah-mentah. “Hai Cit, apa kabar?” tanya Johan. Raut muka Citra langsung sumringah melihat Johan tapi itu tidak lama dengan kedatangan Sinta. “Eh, Jo. Belum dapat tempat duduk ya, kita duduk dibelakang saja yuk” ajak Sinta. Tanpa bicara lagi Johan langsung mengikuti Sinta karena memang dia belum kebagian tempat duduk. Muka kecut Citra kembali terlihat saat Friska menjegal Sinta tapi malah membuat Sinta dan Johan berpelukan.
Tidak lama kemudian mereka tiba di tempat perkemahan dekat rumah penduduk, sebelum mulai memasang tenda Johan sebagai ketua menjelaskan beberapa hal terlebih dahulu.
“Teman-teman, akhirnya kita tiba di lokasi, dan seperti yang kita lihat disekitar ada rumah-rumah penduduk sehingga selama kita disini kita harus saling menyapa atau kalau bisa saling membantu para penduduk” begitulah inti dari yang dikatakan Johan.
Saat Citra dkk. sedang mendirikan tenda, Sinta dan kedua temannya sengaja lewat untuk membuat Citra panas. “Kalian tahu nggak tadi gue ngapain sama Johan di bus?” kata Sinta pada ke dua temannya. “Emang ngapain Ta?” tanya Winda. “Johan bilang kalau dia pengen deket-deket gue terus
“Serius? Jangan-jangan nanti pas api unggun Johan nembak lo Ta. Lo harus siap-siap”
“Eh, daripada kalian ngegosip yang nggak penting mending bangun tenda sana” Helena mulai panas.
“Hallooo, kalian siapa ya? Emang ini tempat nenek moyang lo, terserah gue dong mau ngapain. Oh ya kalo masalah tenda, punya gue sudah berdiri tuh dibantuin sama Johan” kata Sinta membuat Chaca tambah panas.
Tenda yang dibuat Citra dkk. selesai dibuat, Citra langsung masuk dan itu mengundang tawa Sinta dkk. “Tuh bestfriend lo ngamuk, susulin gih! Sebelum bunuh diri di dalam” ledek Sinta disusul tawa kedua temannya. Helena, Viola, dan Friska langsung masuk menyusul Citra.
Cit, lo mau dapetin Johan kan? Buat dapetin Johan lo harus ngalahin Sinta dulu” Friska memulai pembicaraan saat mereka didalam tenda.
“Jangan ikut-ikutan buat masalah Fris” Helena tidak setuju dengan ide Friska.
Maksud lo?” tanya Citra tak mengerti.
“Gini, kalo lo mau ngalahin Sinta, lo gunain cara yang Sinta gunain” Friska tidak memperdulikan Helena setuju atau tidak.
Maksud lo gue harus caper setiap kali ngliat Johan?” tanya Citra yang masih tak mengerti.
What, memang Sinta sering caper dimanapun, kapanpun ngeliat Johan?” kali ini Viola yang angkat bicara.
“Gue setuju tuh idenya Friska” tiba-tiba Erwin masuk. Lalu Friska dan Erwin tos.
“Kenapa kamu nggak ngomong langsung saja sama Johan, siapa tau dia juga suka sama kamu. Kalaupun ditolak yang penting kamu sudah ngungkapin perasaan kamu. Lega kan?” usul Helena.
Benar juga kata si Helena, apa salahnya sih nembak duluan. Kayak Friska dong berkali kali agresif sama cowok walaupun akhirnya gatot alias gaal total” cerocos Erwin.
Lo sebenarnya ada di pihak siapa sih? Tadi setuju sama pendapat gue sekarang setuju sama pendapatnya Helena. Terus kenapa jadi bawa-bawa gue coba?” pelotot Friska pada Erwin.
Helena, Viola, Friska dan Erwin tidak menyangka dengan perubahan sikap Citra yang secepat itu. Mereka berempat melihat Citra sedang membantu Johan mencari kayu bakar, membantu memasangkan tenda siswa lain, memasak air, dan masih banyak lagi.
Aku kira apa yang kamu maksud sudah dimengerti Citra, Fris” kata Helena.
Sepertinya begitu” jawab Friska. Mata mereka berempat hanya tertuju pada Citra dan Johan
“Tidak ku sangka, ternyata Citra lebih agresif daripada lo Fris” ledek Erwin.
Eh, Sinta nyamperin mereka berdua” Viola menimpali.
Entah apa yang ada dipikiran mereka berempat, mungkin akan terjadi perang dunia ke 3. Tunggu, ternyata Sinta juga melakukan apa yang dilakukan Citra. So, mereka sama-sama cari perhatian si Johan.
“Wow, ini pertunjukan amazing. Ada yang bawa popcorn nggak?” kata Erwin. Helena, Friska, Viola dan Erwin tidak menyangka adegan tersebut masih terjadi juga saat api unggun. Citra dan Sinta masih berlomba-lomba mencari perhatian Johan. Mulai dari menata kayu, menyiram minyak, sampai menyiapkan korek api saja masih rebutan.
Disini kalau malam dingin banget ya? Untung gue bawa jaket tebel” eluh Friska saat mereka berdiri didepan tenda menunggu acara api unggun dimulai.
Len, lo nggak bawa jaket ya?” tanya Viola saat melihat Helena hanya mengenakan baju lengan panjang itupun tipis.
“Oh, bawa kok. Memang sengaja tidak aku pakai” jawab Helena yang dari tadi menahan dingin.
“Lo nggak usah bohong Len, jaket lo basah kan?” tiba-tiba Citra muncul.
“What? Kok bisa basah?” tanya Viola.
“Waktu gue bantu-bantu Johan, kalian melototin kita terus kan? Sampai-sampai nggak sadar dayang-dayangnya Sinta masuk tenda kita. Gue nggak tau apa yang mereka lakuin lagi selain masukin jaket Helena ke danau” Citra cerita panjang lebar.
“Abisnya, liatin lo sama Johan ditambah lagi ada Sinta rasanya kayak nonton layar tancep. Sayang nggak ada popcorn” celetuk Erwin.
Sudahlah, aku bisa kok nahan dingin gini” Helena berbicara dengan suara bergetar menahan dingin.
“Ada apa ini?” Johan tiba-tiba datang. Dan saat melihat Helena, “Len muka kamu pucat banget, kamu nggak bawa jaket?” tanya Johan seakan khawatir.
Jaketnya basah. Kenapa? Mau minjemin?” Erwin yang menjawab.
Kok bisa basah? Ini pake punya gue” Johan melepas jaketnya. Helena lalu menatap Citra yang melihat ada kecemburuan tapi saat itu juga raut muka Citra berubah, dia mengangguk tersenyum dan mulutnya berbicara tanpa suara “nggak apa-apa”.
Jo terima kasih ya, tapi kamu tidak apa-apa jaketnya aku pakai? tanya Helena.
Sebagai ketua tim gue sudah berpengalamn menangani hal semacam ini, lo tenang saja gue masih bawa jaket buat jaga-jaga” kata Johan membanggakan diri.
Acara api unggun pun dimulai, malam ini mungkin jadi malam terindah bagi kalima sahabat itu. Friska bersama Hera gebetan barunya, Citra bersama Johan dan tetap ada Sinta yang menghantui, Viola bersama penggemarnya, Helena bersama siswa lain dan mereka bernyanyi-nyanyi diiringi suara gitar yang dimainkan Erwin, niatnya Erwin sih buat merayu cewek tapi terlanjur semua larut dalam petikan gitar Erwin, so untuk malam ini semua bersenang-senang.
Selama 2 hari 1 malam akhirnya kegiatan mereka berakhir setelah membantu pekerjaan di rumah-rumah penduduk, menanam pohon di hutan dan memainkan beberapa game. Saat bersenang-senang mereka sudah berakhir, kini saatnya kembali ke rutinitas sehari-hari.
Di sekolah,
Helena, Friska, Viola dan Erwin sedang makan di kantin tiba-tiba mereka dikejutkan dengan datangnya Johan.
“Hai semua” sapa Johan. “Hai bro..” Johan dan Erwin tos ala cowok. Johan lalu mengambil kursi kosong di meja sebelah lalu digeser dekat Helena.
Tumben nih lo gabung, kalau ada urusan sama Citra dia di ruang OSIS” Erwin mendahului percakapan.
Gue kesini bukan buat ketemu Citra, gue malah ada perlu sama Helena” Jawab Johan yang membuat Helena dkk. heran.
“Eh, kalau masalah jaket baru aku cuci jadi nggak bisa aku kembaliin sekarang” kata Helena.
Oh tenang, masalah itu bisa kapan saja”
Terus, ada perlu apa sama aku?”
“Cuma mau diskusi, nanti pulang sekolah aku antar ya?” tawar Johan, Helena mengamati sahabatnya satu per satu.
Diskusi apaan sih Jo? Kok cuma sama Helena. Kita nggak diajak?” Friska penasaran.
Tapi gue perlunya cuma sama Helena. Nggak apa-apa kan kalo gue yang nganterin dia pulang nanti siang?” tanya Johan ke Helena.
Ya nggak masalah, asal lo bisa jagain dia” Erwin menimpali.
Tenang, pasti gue jagain”
Keesokan harinya di sekolah,
Seperti biasa Friska dkk. nongkrong di kantin. Tapi berbeda dari biasanya Helena dan Citra sama-sama diam, Friska dan yang lain heran dengan sikap mereka. “Hening ciptanya sudah selesai?” Erwin mengawali. “Jangan lupa ya, kita ini sahabat yang sudah janji bakal cerita kalau ada masalah” Friska menimpali. “Lo saja yang ada masalah setiap hari nggak pernah cerita ke kita” kali ini Citra angkat bicara. “Maksud lo?” tanya Friska tidak mengerti ucapan Citra. “Masalah cowok, dari dulu dapetin cowok kok gagal mulu” jawab Citra ketus. Braakkk…… Friska berdiri menggebrak meja. Saat itu juga semua pasang mata yang ada di kantin tertuju pada mereka berlima. “Masalah lo apa sih? Kenapa jadi bawa-bawa gue. Lagian gue sering cerita kok, lo saja yang sok sibuk di OSIS jadi nggak tau masalah gue. Ngaca dong, lo sendiri gimana kabarnya sama Johan, cinta kok di pendem. Siram sekalian kasih pupuk” jawab Friska nggak kalah ketus. Mendengar nama Johan, Helena jadi tertunduk. “Kalau bukan gara-gara dia, gue pasti dapetin JohanCitra berteriak sambil menuding Helena. Bukan hanya Helena, Friska dan yang lainnya pun kaget dengan ucapan Citra. “Maksud lo apa ngomong kayak gitu? Helena itu sahabat kita, dia juga tau kalo lo suka sama Johan, nggak mungkin lah dia naksir Johan” bela Viola. “Lo diam. Lo juga suka kan sama Johan? Kalian sendiri kenapa nggak ngomong sama gue kalau kemarin Johan ngajakin Helena jalan?” Citra ngamuk nggak karuan. “Gue pikir mereka cuma mau diskusi” Jawab Erwin. “Apa? Diskusi? Diskusi kok ke toko buku, makan di restoran terus nembak” sindir Citra. “What? Johan nembak Helena” tanya Viola tidak percaya. “Lo tanya sendiri orangnya” Citra melirik Helena lalu pergi. “Sebenarnya apa yang terjadi antara kalian berdua kemarin?” tanya Friska. Helena menghela nafas panjang dan terasa berat, ”Jadi begini ceritanya…”

Kita ke toko buku dulu ya, ada buku yang harus aku beli” ajak Johan pada Helena. Helena yang nggak tahu apa-apa hanya mengangguk. Setibanya di toko buku Johan dan Helena tampak asik melihat lihat buku dari buku pengetahuan, buku agama sampai buku bergambar semua mereka jelajahi.
Kamu laper nggak Len? Kita makan dulu yuk!” ajak Johan lagi.
Tapi Jo, katanya kita...” belum sempat selesai bicara Johan langsung menggandeng tangan Helena, mereka menuju ke rumah makan lesehan tidak jauh dari toko buku.
Kita makan disini saja ya sekalian diskusi juga disini” Nurul hanya nurut apa kata Johan. Setelah mereka memesan beberapa makanan dan minuman barulah Johan mengeluarkan beberapa buku.
Sebenarnya kita mau diskusi apa sih Jo? Aku lihat itu bukan buku pelajaran atau sejenisnya.” Tanya Helena penasaran. Johan hanya diam dan terlihat senyum. Helena hanya melihat Johan yang sedang menata 3 buku berjejer, “Nanti setelah makan kamu buka buku ini satu per satu” pinta Johan. Lalu mereka berdua melanjutkan makan siang. Makan siang pun selesai, “Sudah boleh dibuka bukunya?” tanya Helena yang sudah penasaran. Johan mengangguk. Buku pertama dibuka Helena mendapati foto Johan dibuku tersebut. “Apa maksudnya?” tanya Helena lagi. “Buka dulu semua nanti aku jelasin!” Johan menyuruh lagi. Di buka buku yang ke 2 kali ini ada gambar sepasang merpati yang membawa tanda “love” diparuhnya, Helena semakin bingung saat membuka buku yang ketiga terdapat foto dirinya. Sepertinya Helena mulai bisa merangkai semua gambar itu. “Aku sayang sama kamu Len, kamu mau nggak jadi pacar aku?” dengan lancar Johan menyatakan cintanya pada Helena. “Hah, ttaa…ta..pi…” Helena terbata-bata. “Tapi apa? Karena Citra? Atau Sinta?” tanya Johan. “Bukan Sinta, tapi Citra. Dia sahabat aku dan dia sangat mencintai kamu Jo. Tapi aku tidak”.Itu akan menyakiti hati Citra.Jadi?” tanya Johan kemudian. Maaf, aku tidak bisa Jo tolak Helena dengan halus. Ya, aku bisa mengerti posisi kamu dan aku nggak bisa memaksakan kehendak”. “Terima kasih kamu sudah mengerti. Tapi kita masih bisa sahabatan”.

Setiap harinya Citra selalu menghindar dari Helena dan yang lain. Citra tidak lagi duduk sebangku dengan Friska, setiap berpapasan di kantin Citra pura-pura tidak melihat, berbagai cara pun dilakukan agar dia tidak satu kelompok setiap ada tugas dari guru dan masih banyak lagi cara-cara menghindar yang dilakukan Citra. Di satu sisi Helena dkk. mulai cemas dengan masalah tersebut disisi lain Sinta yang memperhatikan perpecahan antar sahabat tersebut merasa senang dan puas.
Di ruang ganti,
“Lo benar-benar hebat Ta” terdengar suara Winda memuji Sinta.
Tadinya gue cuma penasaran kenapa si Johan ngajakin Helena pergi, jadi gue ikutin deh mereka” kali ini suara Sinta.
Lo kok punya pikiran ngrekam semua kejadian dari awal sampai detik-detik Johan nembak Helena sih?” tanya Windi.
Gue punya firasat kalau Johan mau nembak Helena. Tapi untung si Helena nolak, katanya sih dia nolak biar pesahabatannya sama Citra nggak hancur. Kalau gue jadi Helena, langsung gue terima nggak peduli perasaan Citra” cerocos Sinta.
Jadi, yang lo tunjukin ke Citra kemarin cuma sebagian?” tanya Winda.
Iyalah, kalo gue tunjukin bagian yang Helena nolak Johan cuma buat persahabatannya sama Citra, nggak bakal ada kejadian kayak dikantin kemarin, yang Citra maki-maki Helena lah, yang adu mulut sama Friska sampai gebrak meja lah, yang Citra sering menghindar lah. Pokoknya mereka yang hancur” Sinta tertawa puas lalu keluar dari kamar ganti setelah mereka ganti baju. Tidak disangka sesaat setelah Sinta keluar, Citra keluar dari kamar ganti sebelah bersamaan pula dengan Helena, Friska dan Viola yang juga keluar dari kamar ganti sebelahnya. Mereka saling memandang, pikiran mereka terpusat pada apa yang mereka dengar dari mulut Sinta langsung walau terbatas tembok ruang kamar ganti.
Di bangku taman,
Helena, Citra, Friska, dan Viola saling diam memandang siswa lain yang sedang bermain basket.
“Maaf” terdengan suara Citra. “Aku terlalu bodoh langsung begitu percaya pada Sinta, kenapa aku tidak mendengarkan penjelasan kamu dulu?” Citra menundukkan kepala.
“Kamu tidak salah kok, sikap kamu itu pantas karena kamu menyukai Johan sudah lamaHelena menatap Citra yang masih tertunduk lalu merangkul pundaknya.
Mulai sekarang aku akan belajar melupakan Johan kata Citra.
“Kenapa?” tanya Helena.
Aku lebih baik kehilangan Johan dari pada aku kehilangan kamu sebagai sahabatku. Kamu tau? Betapa tersiksanya aku jika selalu menghindar dari kalian?”
Owhh, so sweet” Viola menimpali. (Kemana kata What-nya?). "Perlu lo tahu Cit, selama ini gue cuma kagum dengan Johan. Dan gue tidak bermaksud merebut dia dari lo" ujar Viola.
"Maaf ya Vi, gue sudah marah-marah waktu itu" Citra menyesal.
Kalau gitu, kita janji ya akan selalu bersama saat senang maupun susah. Jangan ada yang ditutup-tutupi selama masih berhubungan dengan kita” Friska menyambung.
Janji” jawab Citra. “Gue juga minta maaf ya karena gue sudah bicara kasar sama lo, nggak seharusnya gue bilang gitu”.
“Sebenarnya sih gue kecewa lo ngomong gitu. Tapi tenang, gue sudah maafin lo dari dulu” Friska memeluk Citra. “Ada yang harus lo tau Cit, nggak selamanya gue gagal dalam cinta. Akhirnya gue jadian sama Hera”
“Serius? Selamat untuk sahabat gue. Nanti traktiran ya!” goda Citra.
“Ini semua ulah Sinta” kata Viola yang gemas.
“Yups, dia yang sudah bikin Citra salah paham” Friska menimpali.
Enaknya kita apakan dia Fris?” tanya Viola.
Hai girls? Lagi arisan ya? Siapa yang menang?” Erwin datang dari lapangan.
Friska dan Viola saling bertatapan lalu menatap Erwin seperti ada rencana yang ditujukan ke dia. Mereka berdua menarik tangan Erwin lalu membisiki sesuatu, Erwin menarik tangannya lagi lalu berkata “Itu sih gampang, serahin semua sama gue!”. Helena dan Citra tidak mengerti apa yang mereka rencanakan. Dan saat melihat Sinta, Erwin mulai menjalankan aksinya. “Sintaaa…” teriak Erwin. Sinta beserta kedua dayangnya heran, lalu Erwin berlari kearah Sinta sambil berteriak “SINTAAA, I LOPE YOU PULL” spontan Sinta lari dan malah kejar-kejaran dengan Erwin. Ini menjadi tontonan menarik siswa lain termasuk Helena dan Citra, apalagi Friska dan Viola yang tertawa puas.

The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar